Tema Bulanan: “Saksikan dan Kabarkan Injil, Baik atau Tidak Baik Waktunya”
Tema Mingguan: “Beranilah Seperti Daniel”
Bacaan Alkitab: Daniel 6:1-29

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kata berani menurut KBBI adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya din yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Berani harus menjadi karakter dan sifat seseorang menghadapi realitas yang menantang kehidupannya dan komunitasnya, artinya berani dapat membuat kita bertekun dan membela prinsip yang benar serta membuat kita tetap fokus menghadapi tantangan bahkan cobaan hidup. Seorang filsuf bernama Plato menyebutkan bahwa keberanian untuk berbuat baik dan menghadapi ketakutan atau bahaya demi kebaikan umum adalah sikap berani. Hal yang sama juga disampaikan filsuf Aristotels bahwa berani adalah sikap menghadapi ketakutan dan bahaya dengan sikap yang tepat dan dalam batas yang wajar.

Berani menghadapi realitas adalah kenyataan kita di masa kini. Perkembangan teknologi dan media sosial telah mendorong kita untuk bersikap selektif terhadap informasi yang diterima. Informasi dapat saja berakibat baik bagi kita tetapi juga berpotensi buruk, misalnya penyebaran berita bohong (hoaks) rekayasa terhadap peristiwa sesungguhnya, pada masa kini sulit untuk dibendung.

Realitas di atas mendorong orang percaya untuk memiliki karakter berani. Bacaan dalam kitab Daniel menjadi aspirasi dan inspirasi bagi kita sebagai orang percaya yang berani. Tokoh Daniel memiliki karakter dan keberanian menghadapi situasi yang sulit, memutuskan sikap yang tepat di tengah cobaan berat yang mengancam hidup berimannya. Kita dapat belajar tokoh Daniel dalam sorotan tema “Beranilah Seperti Daniel.”

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nama Daniel berarti Tuhan adalah hakimku, disebut di Babilonia sebagai Belsazar (Daniel 1:7) berarti menjaga hidupnya. Ada dua konteks dalam kitab ini masa periode pembuangan di Babel yaitu; periode di masa pemerintahan raja-raja Babel dan periode awal kekuasan media-Persia di Babel, ketika Babel dikuasai penguasa Persia. Dua konteks ini akan membantu kita memahami kitab Daniel.

Periode awal pembuangan ke Babel menjadi latar belakang kisah dalam kitab Daniel terjadi pada sekitar tahun 605 SM, Raja Nebukadnezar dari Babel menyerang Yerusalem dan merebutnya. Banyak penduduk Yerusalem, terutama yang bangsawan, pemuda terpelajar, dan imam-imam dibawa ke Babel sebagai tawanan. Komunitas ini adalah orang-orang Yahudi yang terpisah dari tanah mereka dan dihadapkan pada tantangan besar berupa perubahan lingkungan, budaya dan
agama, (Daniel 1:1-2). Pergantian dan perebutan kekuasaan pemimpin di Babel juga mewarnai kisah dalam kitab Daniel. Kitab Daniel terdiri dari pasal 1-6 berisi peristiwa sejarah kehidupan Daniel dan pasal 7-12 berisi penglihatan Daniel.

Ayat 1-3 dimulai dengan memperkenalkan Raja Darius yang berkuasa atas Kerajaan Babel. Darius berasal dari Media-Persia menerima tugas pemerintahannya pada usia 62 tahun (5:31). Ia membagi kerajaannya menjadi 120 wilayah yang dipimpin oleh para pejabat yang disebutkan sebagai wakil-wakil raja. Tiga pejabat tinggi raja membawahi mereka. ” … diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu. Daniel di antara tiga pejabat tinggi yang membawahi 120 wakil kerajaan. Mereka memiliki tugas menerima pertanggung jawaban para wakil raja agar raja tidak dirugikan. Tidak dirugikan merujuk kepada kepentingan politis.

Ayat 4-5. Daniel berbeda dengan pejabat lainnya karena ia memiliki Roh yang luar biasa (ruach yattira, excellent spirit artinya Rah yang unggul dan melampaui. Roh itu berupa karunia atau kemampuan mengartikan mimpi (Dan 4:8; 5:12) Roh inilah yang menjadi pembeda kualitas Daniel dengan pejabat lain. Kemampuan ini yang telah membuat raja memercayai dan memberikannya kedudukan yang tinggi (al kal Malkuta) atas semua kota kerajaan. Artinya kedudukan Daniel ditempatkan di atas pejabat lainnya. Sikap dan perlakuan raja terhadap Daniel telah melahirkan kecemburuan dan ketidakpuasan di antara para pejabat lainnya. Persepakatan kotor para pejabat itu dimulai dengan berusaha mencari-cari alasan kesalahan (to corrupt artinya merusak) dan noda (illah matter, masalah) atas kinerja Daniel untuk mendakwanya. Cara ini tidak berhasil sebab ia memiliki loyalitas dan kualitas yang mumpuni.

Ayat 6-9. Ketika tidak menemukan kelemahan Daniel mereka memanfaatkan kelebihannya yakni ibadahnya kepada Tuhan Allah (bedat elahe berarti hukum Tuhan) menjelaskan bahwa Daniel sangat ketat dan setia melaksanakan hukum Tuhan Allahnya. Titik inilah yang menjadi alasan dalam permufakatan yang jahat itu. Kecemburuan, ambisi dan prestise telah membutakan mata para pejabat itu sehingga permufakatan jahat para pejabat itu telah mendorong mereka untuk menemui raja. Tindakan bergegas-gegaslah (to run together with tumult) artinya berlari bersamaan dengan keributan, situasi ini menunjukkan bahwa mereka datang dengan cepat-cepat secara bersamaan dengan keributan untuk menyampaikan sesuatu pada raja. Mereka mendesak Raja Darius untuk mengeluarkan dekrit (to bind, make fast) artinya mengikat, mempercepat proses permohonan para pejabat ini. Dan memaksa raja Darius untuk memutuskan dan mengeluarkan dekrit yang bersifatnya politis, mengikat dalam waktu cepat. Dekrit yang berisi larangan selama 30 hari tidak boleh ada yang menyembah kepada dewa (god, heathen deity) artinya ilah/dewa kafir dan pada manusia (man, human being) kecuali kepada raja artinya mereka menunjuk pada penyembahan hanya pada Darius tidak boleh pada yang lain. Dekrit atau petisi ini menempatkan raja Darius menjadi utama atau lebih mulia dari dewa dan manusia lain. Ketika melanggar dekrit berarti melangkahi raja Darius.

Ayat ini menegaskan bahwa permufakatan jahat para pejabat dilakukan dengan secara bersama, dilakukan dalam waktu yang cepat untuk menghadang Daniel. Dekrit itu bertujuan memuliakan Darius sehingga ia tidak mampu menolak pilihan ini. Itu berarti akan menempatkan Daniel pada posisi melawan raja karena ia sangat setia dan taat pada penyembahan kepada Allahnya.

Ayat 10-11 cara dan keputusan yang diambil Daniel bukanlah perlawanan yang frontal atau merencanakan strategi perang tetapi perlawanan senyap dan bijaksana. Ia tidak mengalah pada ketidakadilan tetapi berserah penuh dan percaya penuh kepada tindakan Tuhan Allah yang ia sembah, sebab ia sadar ia adalah warga buangan yang terpilih (Daniel 1:4), tidak memiliki kekuatan besar. Kekuatannya adalah Tuhan Allah yang ia sembah. Ketika Daniel mendengar bahwa dekrit telah dibuat, ia kembali ke rumahnya dan berdoa. Ia tidak lari atau menemui raja dan para pejabat yang tidak menyukainya tetapi ia kembali ke rumahnya dan melaksanakan kebiasaanya. Dekrit raja tidak menghentikan kebiasaaanya tetap berlutut dan berdoa serta memuji Tuhan Allahnya. Daniel tidak mau melakukan perlawanan secara frontal tetapi dengan rendahan hati melakukan kebiasaannya di tempat sunyi pada bagian atas dari kamarnya yang menghadap ke Yerusalem. Daniel menjadikan tradisi beribadahnya sebagai perisai iman yang kuat
menghadapi pejabat yang jahat dan aturan yang diskriminatif (pembunuhan karakter). Hal ini bermakna bahwa Daniel tidak diam tetapi melakukan perlawanan terhadap ketidakbenaran secara diam tapi berdampak besar.

Ayat 12- 14 Di satu pihak, usulan dekrit raja dimaksudkan untuk mempermuliakan, memuji eksistensi raja dan di pihak lain mengandung rencana busuk untuk menjebak Daniel yang akan dipromosikan raja (4). Para pejabat menjebak Daniel yang setia pada gaya hidupnya yang tekun berdoa dan bermohon kepada Tuhan Allah. Daniel memilih untuk tidak menemui para pemimpin politik dan raja. Hal ini menunjukkan kebesaraan hati Daniel yang loyal terhadap keputusan raja, yang mewajibkan siapapun yang berdoa kepada tuhan atau dewa lain selain dari raja selama 30 hari, akan dilemparkan ke dalam lubang singa lapar. Para pejabat ini mengetahui bahwa dedikasi dan kepatuhan Daniel kepada Tuhan Allah akan membuatnya melanggar dekrit tersebut.

Dalam kondisi tekanan dan ancaman, Daniel menujukkan keberaniannya mempertahankan keyakinan dan praktik rohaninya tanpa memedulikan ancaman yang mengintai. Iman kepada Tuhan Allah tidak digoyahkan dan dikalahkan oleh ancaman hasil konspirasi manusia. Integritas dan komitmen kepada keyakinan diutamakan, meskipun konsekuensinya adalah menghadapi penindasan atau hukuman. Konsitensi ibadah Daniel telah dibentuk dari masa mudanya. Pada masa ditawan Daniel berusia 16 tahun dan ketika memikul tanggung jawab yang berat itu ia berusia 80 tahun. Integritas yang kuat telah tertanam dalam diri Daniel sejak masa muda dan terus dipertahankan hingga masa tua. Ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan Allah menginspirasi loyalitasnya kepada raja tanpa sedikitpun menyalahkan raja atau ketetapannya bahkan orang yang menjebaknya.

Tindakan Daniel ini menimbulkan reaksi dari para pejabat jahat dan melaporkannya kepada Raja Darius. Sang raja merasa terjebak, karena kehormatan dan integritasnya telah dimanfaatkan. Meskipun ia menghormati Daniel, Darius merasa terikat oleh hukum yang telah ditetapkan dan harus menjalankannya. Integritas Daniel mempertahankan prinsip-prinsip etika dan spiritualitasnya menyebabkan tekanan dan pilihan sulit. Raja Darius yang mengaggumi Daniel merasa sedih dan berusaha menolongnya.

Daniel dijatuhi hukuman dan dilemparkan ke dalam lubang singa lapar. Gua singa menjadi ujian bagi ketaatan dan kesetiaan Daniel terhadap Allah (6:17) Perlindungan terbukti nyata ketika Tuhan Allah mengirimkan malaikat-Nya untuk menutup mulut singa-singa tersebut. Hal ini menegaskan kedaulatan Tuhan Allah yang melampaui hukum manusia bahwa mereka yang setia kepada-Nya akan dilindungi dan diselamatkan.

Kisah ini tidak berakhir pada keputusan raja Darius. Keesokan harinya, Raja Darius mengunjungi lubang singa dan ingin memastikan keadaan Daniel. Di dekat gua singa. Raja berkata, “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?” Lalu kata Daniel kepada raja: “Ya raja kekallah hidupmu! Frase “Daniel hamba Allah yang hidup, Allahmu …” ungkapan hamba Allah yang hidup menegaskan pengakuan raja Darius terhadap Tuhan Allah yang disembah Daniel, (17,21). Daniel mendapat kehormatan atas keyakinanya. Dan sebaliknya mereka yang seharusnya bersalah mendapat hukuman dan mengalami kematian yang tragis.

Makna dan Implikasi Firman
Keberanian Daniel dalam Kitab Daniel pasal 6 mengajarkan beberapa pelajaran penting bagi umat Kristen masa kini.
1. Kisah Daniel mengajarkan integritas iman orang percaya teruji dan terbukti ketika menghadapi ancaman bahwa keberanian sejati datang dari keteguhan, keyakinan dan komitmen rohani.

2. Beriman yang sungguh kepada Tuhan Allah adalah sauh yang kuat mengatasi ketakutan, cobaan bahkan ancaman bagi hidup.

3. Konteks kemajemukan adalah realitas di masa kini dan orang percaya didorong bersaksi bahwa keyakinan yang di implementasikan melalui setia beribadah kepada Tuhan Allah dan peran dalam jemaat serta masyarakat.

4. Sekularisasi seringkali menantang integritas iman orang percaya di tengah masyarakat. Keberanian Daniel menjadi contoh bagi kita untuk memiliki keberanian tetap menjaga integritas, komitmen kepada keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Allah dalam menghadapi tekanan dan cobaan dalam hidup.

5. Karakter Daniel dapat menjadi panutan bagi kita sebagai hamba Allah di tengah jemaat dan masyarakat. Ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan Allah tidak mereduksi loyalitas peran dan tanggung jawab sebagai pemerintah yang mengabdi pada masyarakat.

6. Pergumulan, cobaan dan ancaman hidup adalah ujian bagi kualitas iman orang percaya.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa saja yang dapat kita pahami tentang keberanian dan ketaatan menurut kitab Daniel 6:1-29?
2. Mengapa orang percaya sering goyah dan mengabaikan integritas imannya ketika menghadapi ancaman dan penganiayaan?
3. Bagaimana orang percaya membentuk karakter yang dan taat untuk masa depan gereja yang sementara ditantang oleh arus perubahan? Dan bagaimana orang percaya memaknai karakter Daniel dalam misi menyaksikan dan memberitakan Injil, baik atau tidak baik waktunya?

NAS PEMBIMBING: Roma 15:17-18

POKOK – POKOK DOA :
1. Para pemimpin di tengah masyarakat dan gereja.
2. Mereka yang mengalami perlakuan tidak adil.
3. Orang percaya yang beribadah berada di tengah kaum
4. Mayoritas.
5. Orang-orang Kristen yang mengalami kesulitan dalam beribadah.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
HARI MINGGU BENTUK IV


NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan : PKJ No 17 “Mari Kita Puji”
Pembukaan: NNBT No 32 `Dunia S’makin Berkabut”
Pengakuan Dosa: PKJ No. 43 “Tuhan, Kami Berlumuran Dosa”
Janji Anugerah Allah : NKB No. 87 “Junjungan Yang Ku Pilih”
Ses Pembacaan Alkitab : PKJ No 245.”Seperti Wanita Dipinggir Sumur”
Persembahan : KJ No. 302 “‘Kuhri Persembahan”
Penutup : NNBT No 34 ” Tuhanlah Perlindunganku”

ATRIBUT
Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.